Steven Gulo's Blog. Some contents are my own copyright. And if not mine, the contents will follow with the source. Thanks for visiting and keep reading ^_^

Buat Apa Menangis?

9.1.14 By Unknown , No comments


Braaakkkk!

'Oiii bisa diam nggak sih? Dari tadi ngebanting terus! Udah error ya?' teriak Siska dari kamarnya dengan rasa jengkel yang sudah sampai ke ubun-ubun. Dari tadi, kamar Dion yang bersebelahan dengan kamar Siska memang serasa seperti pusat gempa saja. Entah kenapa lagi dia?

'It's none of your business honey?!' teriak Dion tak kalah sengitnya.

'Bukan urusanku?! Apa kamu tahu, saya terganggu dengan ulah sintingmu itu! Pake feeling dong? Saya lagi belajar!' teriak Siska yang semakin jengkel dengan ucapa Dion.

Tapi, bukannya Dion menghentikkan kegilaannya. Malah semakin keras saja suara bantingan itu keluar dari kamarnya. Entah apa saja yang dibantingnya, kursi, mangkok, buku dan mungkin dia sendiri juga ikut dibantingnya ^^

Setelah merasa puas dia keluar dari kamarnya dan pergi ke kamar Siska.

'Buka pintunya!' teriak Dion di balik pintu kamar Siska yang suda tertutup.

'Nggak mau! Ngapain lagi kamu kemari? Mau ikut banting barang-barang di kamarku juga?' sahut Siska keberatan.

'Gadis bodoh! Buka pintunya atau saya pecahin pintumu ini sampai hancur?' ancam Dion dengan suara melengking sangking jengkelnya dia.

Akhirnya karena takut ancaman Dion, Siska membuka pintu kamarnya.

'Dengar ya, ini bukan rumahmu ataupun rumah bapak mamamu. So, nggak ada yang melarang saya berbuat apapun disini. Termasuk kamu, ngerti?!' teriak Dion sesaat setelah membuka pintu kamarnya.

'Heh emang tempat ini juga punya bapak mamau? Pake otak dong Dion! Ini sama-sama memang bukan punya kita. Kita hanya...'

'Hentikan! Fucking girl! Gadis sialan! Gadis mu...'

'Don't look me down, Dion!! Kenapa kata-katamu menyakitkan sekali? Apa salahku Dion? Inikah kamu yang sebenarnya? Inikah buah dari persahabatan kita? Apa ini balasan dari semua yang pernah saya perbuat padamu? Apa ini balasannya? Apa salahku? Saya hanya menegurmu saja tadi, tidak lebih!' kata Siska dengan terbata-bata. Dia begitu kecewa mendengar ucapan Dion barusan. Seketika matanya mulai berkaca-kaca digenangi air mata. Dan akhirnya jatuh ke pipinya yang kemerahan. Antara menahan amarah, kecewa dan perasaan tidak percaya mendengar ucapan Dion barusan. Siska menangis.

'Buat apa menangis? Baru omelan segitu aja langsung nangis huh!' sindir Dion. Walaupun rasa jengkelnya sudah mulai mereda melihat Siska menangis.

Ah dua orang sahabat sedang bertengkar. Dua orang yang memulai untuk bersahabat sejak berjumpa di kost ini. Dan lebih menyenangkan lagi karena mereka mengeyam kuliah di kampus yang sama. Sering pulang dan pergi ke kampus bersama. Bahkan sering juga makan bersama karena mereka satu kost, bersebelahan kamar lagi!

Tapi sore ini Dion membuat sahabat karibnya itu menangis. Sebelumnya Dion tidak pernah bertindak dan berkata sekasar itu pada Siska. Dia bahkan selalu berusaha untuk melindungi Siska, terutama dari para laki-laki yang mencoba menjual gombalnya pada Siska.

Dion sudah menganggap Siska sebagai saudaranya sendiri (karena dia memang tidak punya saudara perempuan ^^) Bahkan terkadang perhatiannya melebihi perhatian pada pacarnya sendiri. Bahkan kemarin saja, Dion melihat pacarnya Tania sedang berjalan dengan Hendro anak Fakultas Ekonomi. Mereka kelihatan seperti mau kencan berdua. Oh jadi itu masalahnya?? Tapi mengapa Siska yang kena getahnya sih?

'Kenapa kalian ribut-ribut disini?!' tanya ibu kost yang tiba-tiba sudah ada di samping mereka secara diam-diam.

'Nggak... nggak apa-apa kok bu' kata Siska dan Dion hampir bersamaan disertai rasa kaget. Siska cepat-cepat mengusap matanya yang bengkak karena menangis.
'Dion, apa yang telah kamu perbuat pada Siska? Apa kamu memukulnya? Dasar anak kurang ajar!' teriak ibu kost marah dan melayangkan tangan hendak menampar Dion.

'Jangan Bu! Dion tak ada memukul saya! Saya menangis karena nilai ujian saya hari ini hanya dapat D dari dosen saya. Padahal saya tidak sebodoh itu dapat nilai D!' kata Siska sembari menahan tangan ibu kost yang hendak menampar Dion.

Untung ibu kost segera menarik tangannya yang hendak menampar Dion.

'Hah! Dapat nilai D?' tanya ibu kost kaget. 'Lalu apa yang terbanting-banting di kamarmu Dion?'

'Rak bukunya jatuh Bu' Siska masih terus menjawab untuk membela Dion.

'Baik! Kalau sekali lagi ada ribut-ribut, kamu Dion cari kost yang lebih membuatmu bebas di kota ini, ngerti?' kata ibu kost sambil berlalu dari hadapan Siska dan Dion.

Siska pun segera berlalu dan kembali ke kamarnya seraya menutup pintu. Terdengar isak tangis dari dalam kamar Siska. Ternyata dia masih menangis.

'Sis? Buka pintunya' sahut Dion dari luar. Nada suaranya terdengar lembut sekarang.

Hiks hiks

Tak ada jawaban dari Siska, yang terdengar hanya isak tangisnya yang masih belum berhenti.

'Siska... open the door pleaseee!' sekali lagi Dion memohon

'Jangan ganggu saya!' teriak Siska dar dalam kamarnya, masih menangis.

'Siska, saya minta maaf tentang sikapku tadi. Saya benar-benar mnta maaf. Tadi saya dapat masalah dari kampus. Sehingga emosiku tak bisa terkendali. Kamu tahu pacarku Tania sepertinya selingkuh dengan si Hendro anak Fakultas Ekonomi itu' kata Dion menerangkan panjang lebar mengapa dia sengat emosi dari tadi dari balik pintu Siska.

Siska agak kaget mendengar hal itu, tapi dia masih belum mau membuka pintu buat Dion.

'Siska! Pleaseee dong??!' rengek Dion seperti menangis.

Mendengar Dion seperti menangis, hati Siska terenyuh juga lalu membuka pintu kamarnya. Ah perempuan! Hatinya terlalu lembut untuk disakiti, terlalu lembut untuk dibuat menangis.

'Saya minta maaf Siska! Kata-kataku benar-benar sengat tidak pantas tadi. Tolong maafin saya ya' kata Dion sambil berlutut di hadapan Siska.

'Oke oke! Saya maafin jadi jangan berlutut lagi' sebentar saja Siska sudah memaafkan Dion.

'Thanks so much Siska' kata Dion. Lalu bangkit berdiri dan duduk di kursi kamar Siska.

'Tania selingkuh!' tanya Siska pada Dion.

'Ya dan saya benar-benar marah melihat itu sehingga saya seemosi ini' kenang Dion.

'Jadi, saya yang kena getahnya gitu?' tanya Siska.

'Saya benar-benar emosi tadi sehingga tidak bisa mengendalikan amarahku. Maaf ya' kata Dion.

'Hmmm' Siska hanya menggumam.

Lalu agak lama mereka membisu. Suasan kamar Siska benar-benar mencerminkan sifatnya yang rapi dan sopan. Dion beruntung punya sahabat seperti Siska.

Hikkss

Tiba-tiba Dion dikagetkan dengan tangisan Siska lagi.

'Ada apa lagi Siska?' tanya Dion kaget. 'Buat apa menangis lagi? Saya kan sudah minta maaf sama kamu. Kamu jangan buat aku bingung lagi dong.'

'Saya kecewa akhir-akhir ini padamu Dion. Kamu tahu kalau saya sudah mengganggap kamu sebagai saudara bagiku. Tapi begitu kecewa denganmu akhir-akhir ini. Kamu bukan Dion yang dulu, yang begitu semangat untuk belajar demi mendapat gelar. Sekarang kamu sering keluar malam dan tidak pernah belajar. Padahal kita sedang berada di bagian akhir perkuliahan kita. Apakah kamu masih mau tinggal lebih lama di kampus itu? Tapi saya tidak menginginkan itu terjadi padamu,' Siska bicara panjang lebar.

Mendengar pengakuan Siska, hati Dion benar-benar terenyuh. Dia kini benar-benar tahu kalau Siska telah menggapnya sebagai saudara sendiri. 'Sekarang saya benar-benar tahu, bahwa kamu sahabat sekaligus saudari buatku.'

Dion lalu memeluk tubuh Siska dan tanpa sadar matanya juga berkaca-kaca. Akhirnya butiran air mata juga mengalir dari matanya.

'Buat apa menangis?' tanya Siska tersenyum.

'Aku berjanji akan berubah, berjanji untuk fokus kuliah dan berjanji untuk menjadi saudara terbaik buatmu, yang selalu melindungimu,' kata Dion terbata-bata.

'Benarkah Dion?' tanya Siska. 'Benarkah kamu mau menjadi saudara yang baik buatku? Bukan janji kan? Tidak lagi terulang perlakuanmu yang seperti tadi kan?' mata Siska berkaca-kaca mendengar janji Dion.

'Akan kulakukan dengan sepenuh hatiku Siska. Sini deh jari kelingkingmu,' pinta Dion pada Siska.

Lalu mereka saling mengaitkan jari kelingking mereka masing-masing, diiringi senyum kebahagiaan terpancar dari wajah mereka berdua. Dan berjanji untuk menjadi saudara yang baik.

Ah indahnya persaudaraan ^^ (Steven G.)

0 comments:

Post a Comment