Steven Gulo's Blog. Some contents are my own copyright. And if not mine, the contents will follow with the source. Thanks for visiting and keep reading ^_^

Bolehkah Kupinjam Bahumu

Bolehkah kupinjam bahumu?
Aku ingin menyandarkan kepalaku
Walau sejenak

Aku lelah dan lemas
Ketika dalam setiap jejak yang tertinggal
Hanya ada nuansa derita dan air mata

Senja Di Bangku Taman

Berdua di bangku taman, musim semi
Ketika lembayung menggantung di ujung senja
Dan awan berarak menjemput rembulan
Perlahan sepoi menyentuh wajah kita

Di lenganku engkau perlahan merapat
Kepalamu bersandar sambil memejam mata
Dan perlahan bibirmu mengukir senyum
Senada dengan teraturnya nafasmu

Selamat Ulang Tahun

Perlahan dalam denting waktu
Kuucapkan asa dalam bingkai pelangi
Ada rona waktu yang tersendat
Terhenti sejenak di antara lilin-lilin ini

Dalam gelombang perasaan yang mengamuk
Mengalir kata-kata yang berisi embun pagi
Sejenak dalam diam engkau berada di sini
Di persimpangan waktu matamu tajam menatap

Hari ini telah dimulai di sini
Ada jutaan embun pagi esok hari
Di antara dedaunan keinginan dan ranting asa
Raihlah segera sebelum hilang bersama pelangi

Secangkir Teh Untuk Indonesia

Mari jalain hari ini dengan senyuman
Seperti bulan sabit di waktu malam
Dan seperti pelangi selepas hujan
Mari kita ukir hari dengan tawa

Lupakan sejenak konflik
Tiadakan sebentar perbedaan
Mari buat secangkir teh untuk Indonesia
Yang sedang haus dan sedang gersang

Petiklah teh yang terkenal itu dari Sumatera
Peras tebu dari Jawa menjadi gula
Tuangkan air jernih Papua secukupnya
Yang telah dipanaskan di Tugu Khatulistiwa
Mari buat secangkir teh untuk Indonesia

Tetap Dalam Diam

Kau hadirkan sejuta kata
Di suatu senja saat kita berjumpa
Kau tebarkan seribu pesona
Dan aku hanya terpaku dalam diam
Kita telah mengukir cerita

Tapi sekarang diam beribu bahasa
Saat cerita berada di ujung asa
Bahakan engkau tetap diam
Kala hitam adalah akhir cerita
Kita telah mengukir luka